Arsitektur
adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan,
dsb. Dalam arti luas arsitektur mencakup dalam hal merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro hingga level mikro. Level
makro termasuk perencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap
sedangkan level mikro yang lebih detail lagi yaitu desain bangunan, desain
perabot, dan desain produk.
Lingkungan
adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti
tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh diatas tanah
maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan kondisi fisik tersebut.
Arsitek adalah
ahli dalam merancang dan menggambar bangunan, jembatan, biasanya sekaligus
sebagai penyelia konstruksinya artinya seseorang yang ahli dalam bidang
arsitektur. Dalam penerapan profesi, arsitek berpern sebagai pendamping atau
wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi
pelaksanaan dilapangan atau proyek sesuai dengan bestek atau perjanjian yang
telah dibuat. Dalam proyek besar arsitek berperasn sebagai direksi dan memiliki
hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana ada peyimpangan
di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau
membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati. Namun dalam
penerapannya pekerjaan arsitektur jarang memperhatikan dampak lingkungan binaan
sekitar.
Pengaruh positif pekerjaan
arsitek terhadap lingkungan
- Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi akan memanfaatkan lingkungan sekita
- Memberikan dampak pada estetika bangunan atau kesan tertentu sehingga dapat membuat lingkungan menjadi lebih hidup.
- Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota, memberi respon positif dari hasil analisa lingkungan.
- Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Misalnya bangunan dibuat mengikuti bentuk kontur lahan yang ada.
Contoh :
MENARA BCA, Grand Indonesia, Jakarta
Gedung Menara
BCA ini menghemat konsumsi energi listrik sebesar 35%, setara dengan penurunan
emisi gas karbon dioksida (CO2) sebesar 6.360 ton per tahun. Hampir semua lampu
menggunakan LED, sehingga hemat listrik hingga 70%. Gedung ini juga memiliki
parkir sepeda, shower bagi pesepeda yang ingin membersihkan badan. Mereka juga menggunakan aerator (perangkat
untuk mengurangi konsumsi air) pada wastafel, alat pengukur kualitas udara,
pengolahan air wudhu sebagai bahan outdoor AC, dan masih banyak fasilitas ramah
lingkungan lainnya.
Bangunan ini
telah diakui oleh Goverment Green Building Council (GBC) Indonesia dengan
peringkat yang dicapai “gold” periode April 2013-April 2016. Kreteria dan
penilaian bangunan hijau dari GBCI meliputi tepat guna lahan, efisiensi energi
dan konservasi, sumber dan siklus material, konservasi air, kesehatan dan
kenyamanan dalam ruang, dan building environmental management. Selain itu
bangunan selain Menara BCA terdapat pula bangunan Institut Teknologi Sains
Bandung, Kementrian PU, Gedung Sampoerna Strategic Square, Kantor Bank
Indonesia solo, dan Gedung kantor
Manajemen Pusat PT Dahana.
Daftar Pustaka:
http://arsitekturdanlingkungan.blogspot.com/2012_10_01_archive.html
Daftar Pustaka:
http://arsitekturdanlingkungan.blogspot.com/2012_10_01_archive.html