Masjid Al-Muqsith
Masjid
Al-Muqsith yang berada di kawasan Jalan Raya Puncak KM 83, Desa Tugu Utara,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Arti kata Al-Muqsith yaitu
berarti “Maha Adil”, yang diambil dari Asmaul Husna. Masjid ini diresmikan pada
tahun 2009 oleh ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) yang waktu itu
dijabat Hasyim Muzadi. Masjid dua lantai ini bisa menampung 150 jamaah. Masjid
ini tidak hanya untuk beribadah seperti salat lima waktu, salat Jumat dan salat
Taraweh, tetapi terkadang digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi
pengendara yang melintas di jalur Puncak.
Menurut
Bapak Jamil selaku pengurus masjid mengatakan bahwa Masjid ini didesain oleh
arsitek asal Australia. Hampir semua material bangunannya didatangkan langsung
dari Australia. Terutama untuk bagian atap masjid yang menggunakan bahan atap
membran, atap tersebut didatangkan langsung dari Australia serta tiang-tiang
penyangga yang terbut dari baja. Semua tenaga ahli pemasangannya serta
perawatannya juga didatangkan dari negara tersebut.
Pada
lantai basement terdapat beberapa ruanganan majelis, toilet dan tempat
berwudhu. Ruangan majelis biasa digunakan untuk belajar atau pengajian
anak-anak. Sedangkan pada lantai 1 dan lantai 2 digunakan sebagai area sholat.
Lantai 1 untuk jemaah laki-laki dan lantai 2 untuk jemaah perempuan. Keunikan
pada masjid ini yaitu pada area sholatnya yang sama sekali tidak berdinding.
Enclosing
ruang adalah keadaan terbuka dan tertutupnya suatu ruang dalam oleh bidang
vertikal masif. Terdapat beberapa model penerapan sisi pembatas vertikal
sebagai pembentuk enclosing ruang. Jenis yang digunakan pada bangunan masjid
ini yaitu tanpa pembatas vertikal. Aplikasi dinding penutup masif ini membuat
ruang terlihat sangat terbuka.
Menurut
penuturan dari pengelola masjid, bangunan masjid ini sengaja di desain terbuka
tanpa dinding dengan tujuan untuk mendapatkan udara sejuk pegunungan kawasan
puncak sehingga tidak memerlukan pendinginan ruangan. Kawasan ini memiliki suhu
udara rata-rata tahunan 25,7°C. Dengan ruang terbuka tanpa dinding pengunjung
yang sedang melaksanakan shalat di masjid dapat langsung merasakan terpaan
udara puncak Bogor yang datang dari sisi luar bangunan. Dengan desain terbuka
ini pencahayaan alami digunakan secara optimal yang bersumber dari matahari.
Jadi bangunan masjid tidak memerlukan penerangan buatan pada siang hari.
Pengunjung
juga dapat melihat pemandangan puncak Bogor yang dihiasi oleh pemandangan kebun
teh yang diselimuti kabut rendah. Sejumlah besar peneliti telah menemukan bahwa
manusia mengalami peningkatan afeksi dan kesenangan ketika melihat pemandangan
yang penuh dengan tetumbuhan. Sebagai contoh, Hull dan Harvey (1989) menemukan
kalau partisipan dalam penelitian mereka mengalami peningkatan rasa senang yang
sejalan dengan peningkatan kepadatan pepohonan yang ia lihat. Seperti yang
terlihat pada area ruang shalat wanita dibawah ini :
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang menuntut ketenangan atau tingkat
kebisingan rendah, distribusi bunyi merata, kejelasan wicara, dan bebas dari
cacat akustik. Sedapat mungkin masjid didisain tertutup (closing walls design),
sehingga background noise berupa kebisingan jalan raya tidak masuk ke dalam
ruang masjid, karena dianggap mengganggu ibadah. Dengan
lokasi bangunan tepat dipinggir jalan Raya Puncak yang sering mengalami
kepadatan kendaraan. Sehingga kebisingan yang terjadi tidak dapat di hindarkan.
Kondisi ini berpengaruh besar dengan bangunan disekitarnya.
Teori mengatakan bahwa bentuk ruang sangat
mempengaruhi jalannya bunyi di dalam ruangan. Kebisingan ini yang
tinggi sangat dimungkinkan karena lokasi masjid berada dipinggir jalan Raya serta seluruh ruangan
untuk ibadah di desain terbuka. Tingkat kebisingan pada
Masjid Al Muqsith memiliki rata-rata yang
cukup tinggi, yaitu mencapai 60
dB. Nilai tersebut
jauh di atas
syarat background noise
yang diperbolehkan untuk
masjid (sebagai bangunan ibadah),
yaitu 25-35 dB
(Kinsler,et.al,2000,p.364).
Berdasarkan analisis Masjid Al-Muqsith disimpulkan
bahwa masjid tanpa dinidng ini dapat mengurangi tindakan penggunaan energi. Penghematan
energi ini dilakukan dengan penerangan alami di siang hari dan tidak memerlukan
pendingin ruangan. Secara keseluruhan memberi dampak dan kesan yang nyaman di
dalam kawasannya. Namun hal yang menjadi permasalahan masjid yaitu tingkat
kebisingan yang tinggi. Disarankan untuk mambahkan elemen dinding yang sisi
yang berhadapan langsung dengan sumber kebisingan (jalan raya) atau menambahkan
vegetasi sebagai peredam kebisingan. Sehingga dapat mengurangi dampak buruk
tanpa mengubah konsep desain secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar