Minggu, 22 Januari 2017

Masjid Tanpa Dinding di Kawasan Puncak

Masjid Al-Muqsith



 

Masjid Al-Muqsith yang berada di kawasan Jalan Raya Puncak KM 83, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Arti kata Al-Muqsith yaitu berarti “Maha Adil”, yang diambil dari Asmaul Husna. Masjid ini diresmikan pada tahun 2009 oleh ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) yang waktu itu dijabat Hasyim Muzadi. Masjid dua lantai ini bisa menampung 150 jamaah. Masjid ini tidak hanya untuk beribadah seperti salat lima waktu, salat Jumat dan salat Taraweh, tetapi terkadang digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi pengendara yang melintas di jalur Puncak.


Menurut Bapak Jamil selaku pengurus masjid mengatakan bahwa Masjid ini didesain oleh arsitek asal Australia. Hampir semua material bangunannya didatangkan langsung dari Australia. Terutama untuk bagian atap masjid yang menggunakan bahan atap membran, atap tersebut didatangkan langsung dari Australia serta tiang-tiang penyangga yang terbut dari baja. Semua tenaga ahli pemasangannya serta perawatannya juga didatangkan dari negara tersebut.


Pada lantai basement terdapat beberapa ruanganan majelis, toilet dan tempat berwudhu. Ruangan majelis biasa digunakan untuk belajar atau pengajian anak-anak. Sedangkan pada lantai 1 dan lantai 2 digunakan sebagai area sholat. Lantai 1 untuk jemaah laki-laki dan lantai 2 untuk jemaah perempuan. Keunikan pada masjid ini yaitu pada area sholatnya yang sama sekali tidak berdinding.


Enclosing ruang adalah keadaan terbuka dan tertutupnya suatu ruang dalam oleh bidang vertikal masif. Terdapat beberapa model penerapan sisi pembatas vertikal sebagai pembentuk enclosing ruang. Jenis yang digunakan pada bangunan masjid ini yaitu tanpa pembatas vertikal. Aplikasi dinding penutup masif ini membuat ruang terlihat sangat terbuka.


Menurut penuturan dari pengelola masjid, bangunan masjid ini sengaja di desain terbuka tanpa dinding dengan tujuan untuk mendapatkan udara sejuk pegunungan kawasan puncak sehingga tidak memerlukan pendinginan ruangan. Kawasan ini memiliki suhu udara rata-rata tahunan 25,7°C. Dengan ruang terbuka tanpa dinding pengunjung yang sedang melaksanakan shalat di masjid dapat langsung merasakan terpaan udara puncak Bogor yang datang dari sisi luar bangunan. Dengan desain terbuka ini pencahayaan alami digunakan secara optimal yang bersumber dari matahari. Jadi bangunan masjid tidak memerlukan penerangan buatan pada siang hari.


Pengunjung juga dapat melihat pemandangan puncak Bogor yang dihiasi oleh pemandangan kebun teh yang diselimuti kabut rendah. Sejumlah besar peneliti telah menemukan bahwa manusia mengalami peningkatan afeksi dan kesenangan ketika melihat pemandangan yang penuh dengan tetumbuhan. Sebagai contoh, Hull dan Harvey (1989) menemukan kalau partisipan dalam penelitian mereka mengalami peningkatan rasa senang yang sejalan dengan peningkatan kepadatan pepohonan yang ia lihat. Seperti yang terlihat pada area ruang shalat wanita dibawah ini :





Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang menuntut ketenangan atau tingkat kebisingan rendah, distribusi bunyi merata, kejelasan wicara, dan bebas dari cacat akustik. Sedapat mungkin masjid didisain tertutup (closing walls design), sehingga background noise berupa kebisingan jalan raya tidak masuk ke dalam ruang masjid, karena dianggap mengganggu ibadah. Dengan lokasi bangunan tepat dipinggir jalan Raya Puncak yang sering mengalami kepadatan kendaraan. Sehingga kebisingan yang terjadi tidak dapat di hindarkan. Kondisi ini berpengaruh besar dengan bangunan disekitarnya.


Teori mengatakan bahwa bentuk ruang sangat mempengaruhi jalannya bunyi di dalam ruangan. Kebisingan ini  yang  tinggi  sangat  dimungkinkan karena lokasi masjid  berada  dipinggir jalan Raya serta seluruh ruangan untuk ibadah di desain terbuka. Tingkat kebisingan  pada  Masjid  Al  Muqsith memiliki rata-rata  yang  cukup  tinggi,  yaitu mencapai  60  dB.  Nilai  tersebut  jauh  di  atas  syarat  background  noise  yang  diperbolehkan  untuk  masjid (sebagai  bangunan  ibadah),  yaitu  25-35  dB  (Kinsler,et.al,2000,p.364).

Berdasarkan analisis Masjid Al-Muqsith disimpulkan bahwa masjid tanpa dinidng ini dapat mengurangi tindakan penggunaan energi. Penghematan energi ini dilakukan dengan penerangan alami di siang hari dan tidak memerlukan pendingin ruangan. Secara keseluruhan memberi dampak dan kesan yang nyaman di dalam kawasannya. Namun hal yang menjadi permasalahan masjid yaitu tingkat kebisingan yang tinggi. Disarankan untuk mambahkan elemen dinding yang sisi yang berhadapan langsung dengan sumber kebisingan (jalan raya) atau menambahkan vegetasi sebagai peredam kebisingan. Sehingga dapat mengurangi dampak buruk tanpa mengubah konsep desain secara keseluruhan.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar